目立つ

注意を引くさま。周囲と異なって際立つさま。

物語への影響例

社会的視線の集中。差異化と同一化の緊張関係。アイデンティティの主張と露出。

生成サンプル(サンプルの仕様

ラーンの大 lengan kekar mengayun, menghantam pintu kayu yang usang itu dengan keras.
“Tidak ada orang di rumah,” katanya, melirik ke arah Ishe yang tampak ragu.

Ishe menyentuh ujung pedangnya dengan jemari lentiknya. “Apakah kita harus masuk?” suaranya lembut namun tegas. “Tempat ini terlihat… aneh.”

Rumah itu memang terlihat aneh. Sebuah bangunan kayu tua yang berdiri sendiri di pinggiran hutan, dikelilingi oleh rerumputan liar yang tinggi dan pohon-pohon tumbang. Tidak seperti rumah-rumah lain di sekitar desa mereka, tempat ini tidak memiliki tanda kehidupan.

“Jangan khawatir,” kata Larn sambil tersenyum lebar. “Aku punya perasaan baik tentang ini. Mungkin ada harta karun tersembunyi di dalamnya!”

Terhelah mengikuti mereka dengan langkah yang anggun namun tetap waspada. Matanya yang tajam menyapu sekeliling rumah, mencari jejak atau tanda-tanda bahaya. “Kita harus hati-hati,” katanya dengan nada peringatan. “Tempat ini terasa… berbeda.”

Mereka memasuki rumah itu dengan hati-hati. Udara di dalamnya dingin dan lembap, tercium bau kayu usang dan debu. Cahaya matahari yang lemah menerobos melalui celah-celah jendela yang tertutup rapat, menerangi debu yang melayang di udara. Furnitur kayu tua, tertutup kain berdebu, tampak terbengkalai di berbagai sudut ruangan.

“Lihat!” seru Larn dengan semangat, menunjuk ke arah sebuah peti kayu besar yang tergeletak di tengah ruangan. “Mungkin harta karun ada di dalamnya!”

Sebelum mereka bisa menghampirinya, Terhelah menghentikan langkah mereka dengan mengangkat tangannya. “Tunggu,” katanya. “Ada sesuatu yang tidak beres.”

Dia berjalan menuju peti itu dan menyentuh permukaannya dengan hati-hati. Matanya mengerut saat merasakan sesuatu yang aneh. “Ini… batu,” katanya lirih. “Batu yang diukir dengan simbol-simbol yang belum pernah aku lihat sebelumnya.”

Larn tampak kecewa, tapi Ishe tetap tegang. Dia merasakan ada sesuatu yang tidak beres di dalam ruangan itu. Suasana dingin dan sunyi terasa semakin mencekam.

“Kita harus pergi,” katanya dengan suara rendah. “Aku punya perasaan buruk tentang tempat ini.”

Terhelah mengangguk setuju. Mereka berbalik untuk meninggalkan rumah itu, tetapi saat itulah mereka mendengar suara samar dari lantai atas. Suara langkah kaki yang pelan namun pasti, diiringi dengungan samar yang tak bisa diidentifikasi.

Mereka saling berpandangan dengan mata cemas. Perasaan buruk Ishe semakin kuat. Terhelah mengulurkan tangannya dan meraih pedangnya dengan gerakan yang lihai. Larn mengeratkan genggamannya pada kapaknya.

Mereka mendekat ke tangga kayu yang menuju lantai atas, hati mereka berdebar kencang. Suara langkah kaki semakin dekat, diiringi dengungan yang semakin keras. Di ujung tangga, terbentang lorong gelap yang dingin dan lembab, cahaya matahari samar hanya menerangi sebagian kecil ruangan.

Di ujung lorong itu, sosok berbalut jubah hitam berdiri diam, wajahnya tersembunyi dalam bayangan. Matanya bersinar merah menyala di kegelapan, menatap mereka dengan tajam. Sosok itu mengulurkan tangannya, dan dari balik jubah hitam itu muncul sebuah cahaya merah yang terang benderang.

“Siapa kamu?!” seru Larn dengan suara bergetar.